Kurva Pendinginan Logam Murni
Logam
murni dalam keadaan cair, atom‑atomnya memiliki gaya tarik menarik yang lemah dan tersusun
secara random. Jika logam cair tersebut dibiarkan mendingin maka pada
temperatur tertentu logam tersebut akan membeku.
Perubahan keadaan dari cair ke padat berlangsung pada temperatur pembekuan, dan proses pembekuan ini disebut solidification. Panas yang dilepaskan selama pembekuan ini disebut panas laten. Logam dalam keadaan padat memiliki tingkat energi yang lebih rendah dari pada dalam keadaan cair, sehingga atom‑atom logam tersebut memiliki energi yang kurang untuk dapat bergerak/mengalir.
Perubahan keadaan dari cair ke padat berlangsung pada temperatur pembekuan, dan proses pembekuan ini disebut solidification. Panas yang dilepaskan selama pembekuan ini disebut panas laten. Logam dalam keadaan padat memiliki tingkat energi yang lebih rendah dari pada dalam keadaan cair, sehingga atom‑atom logam tersebut memiliki energi yang kurang untuk dapat bergerak/mengalir.
Selama pembekuan atom-atom menyusun dirinya secara teratur dan berulang
ulang dengan gaya
ikatan yang kuat membentuk logam padat. Dibawah ini ditunjukkan contoh curva
pendinginan dari logam murni. Kurva pendinginan tidaklah selalu sederhana
seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Misalnya untuk pendinginan besi murni ternyata lebih rumit (Gambar 4.2).
Untuk besi murni (Fe) pada temperatur 15350C sudah
terjadi pembekuan tetapi pada temperatur yang lebih rendah lagi masih terdapat
titik hentian yang lain, yakni pada temperatur 13900C, 9100C
dan 7480C. Hal ini adalah disebabkan masih terdapatnya perubahan
struktur dari besi yang sudah membeku tersebut, dan dengan adanya perubahan
struktur ini di kenal 3 jenis besi yakni besi α / β ; besi γ dan besi δ. Sebenarnya besi α dan besi β mempunyai struktur yang sama , hanya
terdapat sedikit perbedaan sifat magnetisnya.
Diagram Paduan
Pada pembahasan yang berikut ini
paduan yanq dibicarakan hanya terbatas pada. paduan dua jenis logam saja
atau sering disebut paduan biner.
Diagram paduan yang larut
sempurna
Pada kurva pendingin logam murni seperti dijelaskan diatas memperlihatkan
terdapat hanya satu titik hentian (solidification). Sedangkan pada logam paduan terdapat dua
titik hentian, yaitu titik mulainya pembekuan (liquidus dan solidus).
Antara
liquidus dan solidus terdapat larutan logam padat. Paduan logam yang mempunyai
diagram semacam ini ialah : Ni‑Cu, Au‑Ag, Au‑Pt,
Cr‑Mo, W‑Mo.
Sebagai contoh
pembacaan diagram diatas : suatu paduan dengan komposisi x %, pada temperatur T
2. Paduan terdiri dari bagian cair dan bagian padat. Untuk mendapatkan
perbandingan bagian padat dan bagian cair pada temperatur T2 ini ditarik garis
mendatar yaitu garis isotermal (tei line) dan dengan menggunakan azas (lever:
rule) diperoleh :
Berat bagian padat CE,
--------------------------=
------
Berat bagian cair ED
Proses pembekuan paduan dengan komposisi
x ini berlangsung sebagai berikut : pembekuan dimulai pada suhu T1 dan pada
penurunan temperatur selanjutnya bagian yang padat semakin meningkat dan bagian
yang cair semakin berkurang, akhirnya pada temperatur T3 paduan sudah membeku
seluruhnya. Paduan padat yang diperoleh, seluruhnya mempunyai komposisi x %.
Diagram paduan yang tak dapat larut dalam keadaan padat
Sebagaimana
halnya pada jenis paduan yang terdahulu, pada jenis paduan ini juga ditemui
garis liquidus. Tetapi pada keadaan tertentu untuk jenis paduan semacam ini
ditemukan suatu titik eutectic yaitu suatu keadaan (pada komposisi
tertentu) paduan dari keadaan cair langsung berubah menjadi padat. Logam‑logam
yang mempunyai paduan semacam ini adalah: Pb ‑ Sb; Al ‑ Si ; Au – Si, dan Sn ‑ Zn.
Dibawah
ini diberikan bentuk diagram phasa untuk jenis paduan ini. ( lihat gambar 1.30).
Untuk menjelaskan proses berlangsungnya pembekuan kita ambil contoh dibawah
ini. Untuk paduan logam
A & B pada gambar 4.4 dengan komposisi 80% logam A dan 20% logam B.
Diagram paduan yang tak dapat
larut dalam keadaan padat
dan membentuk senyawa
Untuk jenis paduan yang melarut sempurna dalam keadaan cair dan tidak
melarut dalam keadaan padat, selain seperti sudah dijelaskan diatas, dalam
beberapa jenis paduan bisa membentuk senyawa. Logam‑logam yang mempunyai paduan
semacam ini adalah : Mg ‑ Si, Au ‑ Bi, Mg ‑ Sn, Mg ‑ Pb, dan Co ‑ Sb. Untuk
menjelaskan diagram paduan ini, kita lihat untuk paduan A dan B yang mana akan
membentuk senyawa AmBn.
Senyawa AmBn merupakan suatu komponen
yang berdiri sendiri pada diagram dan mempunyai suatu titik cair yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari
titik cair logam murni asalnya (logam murni A dan B), diagram paduan jenis ini
meliputi dua sistim yaitu :
(1)
A – AmBn dan
(2)
AmBn ‑ B.
Masing‑masing sistem ini adalah merupakan
tipe dari diagram pembekuan yang sudah
dijelaskan pada halaman terdahulu. Pada sistim A – AmBn permulaan pembekuan
ditunjukkan oleh garis A1 E1 C1. Pemisahan logam murni A memadat, dari
cairan berlangsung sepanjang garis A1E1 dan sepanjang garis E1C1. Akhir
pembekuan paduan terjadi pada sepanjang garis suhu eutectic D1 E1 F1.
Kristal A dan AmBn terpisah secara serentak dari
cairan pada titik E1, Campuran ini mempunyai komposisi eutectic. Pada paduan
sistim AmBn ‑ B, pembekuan mulai sepanjang garis C1 E2 B1. Senyawa Am Bn
terpisah sepanjang garis C1 E2 dan logam murni B padat terpisah sepanjang garis
E2 B1. Paduan akan
membeku secara keseluruhan pada suhu eutectic (garis KE2 L1 ). Paduan
eutectic ditunjukkan oleh titik E2 yang terdiri dari Am Bn + B .
Diagram paduan yang larut terbatas dalam keadaan padat
Dalam paduan ada
juga ditemukan komponen yang larut sempurna dalam keadaan cair tetapi hanya
dapat larut sebagian dalam keadaan padat. Logam‑logam yang mempunyai paduan
seperti ini ialah Cu ‑ Sn, Cu - Zn, Cu ‑ Be, Cu ‑ Al, Cu ‑ Ag, Al – Mg, dan Pb
- Sn. Pada paduan
semacam ini dihasilkan dua tipe diagram fasa yaitu tipe eutectic dan tipe peritectic.
Tipe Eutectic.
Jika
diperhatikan diagram paduan Pb ‑ Sn dibawah titik eutectic berada αp = βp pada
temperatur 180 0 C.
Temperatur pada bagian garis solidus yang mendatar disebut temperatur
eutectic. Komposisi pada perpotongan antara garis solidus dan liquidus adalah
komposisi eutectic (Ce).
Bila kita perhatikan paduan dengan 90%
Pb dan 10%Sn, disini paduan mengandung lebih sedikit Sn bila dibanding Pb. Proses
pembekuan pada konsentrasi ini mempunyai kesamaan dengan paduan yang larut
sempurna dalam keadaan padat. Pembekuan dimulai pada temperatur T1 dan berakhir
pada T2, sehingga didapatkan larutan padat. Batas kelarutan Sn dalam Pb ini
dicapai pada temperatur T3, tetapi setelah temperatur T3 turun mulai terbentuk
larutan padat β, dan sehingga pada temperatur T4 terjadi larutan padat α + β. Perbandingan α dan β ini dapat
dihitung dengan rumus lever rule :
Berat α AB
----------- = ------
Berat
β AE
jika kita menghitung jumlah β, adalah
:
AE
Berat
β = --------------
AE + AB
Tipe Peritectic.
Secara
garis besar diagram ini ditunjukkan pada gambar 1.34, pada paduan Co – Cu, sama
halnya dengan diagram tipe eutectic, diagram ini mempunyai garis solidus pada temperatur peritectic
Tp. Proses pembekuan paduan.pada konsentrasi paduan 100% Co sampai αp mempunyai
kesamaan dengan diagram paduan tipe eutectic pada konsentrasi 100% Pb sampai αe.
Proses pembekuan paduan pada konsentrasi Lp sampai 100% Cu mempunyai kesamaan
dengan diagram larut semua dalam keadaan padat.
Hal yang baru disini adalah pada komposisi βp dan Lp. Bila kita tinjau pada suatu
paduan dengan komposisi peritektic Cp, pembekuan terjadi pada T1 dan dihasilkan
pase α dengan komposisi α1, setelah temperatur pembekuan
mencapai Tp, maka dicapai komposisi αp dan tertinggal cairan dengan komposisi Lp. Pada temperatur
peritektic ini seluruh cairan bereaksi dengan αp untuk membentuk β dengan komposisi Cp.
Lp + αp = βp (reaksi peritektik)
Pembekuan
paduan pada komposisi antara αp dan βp
adalah sama dengan pada konsentrasi peritektik. Pada temperatur peritektik Tp
didapatkan Lp dan αp
tetapi mempunyai perbandingan yang lain, dan kemudian pada temperatur
peritektik ini seluruh cairan bereaksi dengan sebahagian αp dan membentuk βp.
Lp +
αp = αp + βp
Setelah
reaksi
terjadi didapat L + β dan akhirnya terbentuk fase β setelah melampaui garis solidus.
No comments:
Post a Comment